Buku “Islam Indonesia di Mata Santri” Dapat Banyak Komentar Tokoh
Buku “Islam Indonesia di Mata Santri”,
telah naik cetak kedua pada bulan April 2013. Alhamdulillah, buku
kumpulan artikel saya yang pernah dimuat di berbagai media Islam ini
mendapat apresiasi yang cukup baik. Selain dicetak ulang oleh penerbit
Pustaka Sidogiri, bedah buku ini telah diselenggarakan di Bandung dan
Malang.
Di Bandung, bedah buku dilakukan pada
Dies Natalis Universitas Nasional PASIM, bersama dengan buku karya
Rektor Prof. DR. Habib Mohammad Baharun, SH, MA, dan buku karya dosen.
Suatu kehormatan besar bagi saya, karena Habib Mohammad Baharun adalah
guru dan mentor saya dalam bidang agama dan jurnalistik, dari sejak nyantri di Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, hingga kuliah di Unas PASIM, Bandung.
Sedangkan di Malang, buku ini dibedah pada seminar
dan bedah buku yang diselenggarakan oleh PKPT IPNU-IPPNU UIN Maulana
Malik Ibrahim dan Harakah Mahasiswa Alumni Santri Sidogiri (HMASS).
Berbicara di hadapan teman-teman aktivis muda NU tentu menjadi kenangan
tersendiri, karena di dalam buku ini terdapat juga tulisan berisi
harapan dan kritik konstruktif terhadap NU, dan juga mengingatkan pada
kenangan lama saat menjadi peserta aktif Mubes Warga NU di Cirebon lalu
aktif di Lakpesdam NU Kabupaten Pasuruan.
Di luar dugaan, buku “Islam Indonesia di
Mata Santri” ini mendapat endorsemen atau komentar yang positif dari
sejumlah tokoh. Ada tokoh kiai, profesor, penulis, aktivis kampus,
pendiri kampus, pejabat Kementerian Agama RI, hingga pengurus PBNU.
Komentar mereka dicantumkan pada edisi kedua buku ini. Bagaimana isi
komentarnya? Berikut cuplikannya.
“Dari balik tulisan-tulisan yang tersaji di
dalamnya, saya dapat melihat, dan juga merasakan, ada semangat dan
kemauan keras yang muncul dari jiwa muda penulisnya, untuk berbuat
sesuatu melalui tulisan, yang ingin ia persembahkan untuk masyarakat,
pesantren, bangsa, negara, dan agamanya.”
— Kiai d. Nawawy Sadoellah, Katib Majelis Keluarga Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan
“Buku ini menunjukkan bahwa penulisnya yang
mahasiswa santri ini peduli tidak saja soal agama, namun masalah
kebangsaan dan nasionalisme. Semoga ini menginspirasi mahasiswa/santri
yang lain untuk menumbuhkan kreativitas yang bermanfaat bagi masyarakat
luas melalui buku.”
— Prof. DR. Habib Mohammad Baharun, SH, MA, Penulis, Dosen dan Dai
“Buku yang inspiratif dan bermanfaat.
Kumpulan tulisan yang kritis dari santri yang wartawan dan wartawan
yang santri. Sebagai penerus dakwah Walisongo dan para ulama pejuang
kemerdekaan RI, suara orang pesantren seperti penulis buku ini layak
didengar untuk kemajuan agama, bangsa dan negara.”
— KH. Mahmud Ali Zain, Mantan Ketua Umum Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pesantren se-Indonesia) dan Anggota DPD RI
— Prof. DR. H.M. Isom Yusqi, MA, Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama RI, Direktur Pascasarjana STAINU Jakarta
“Ketika muncul Islamophobia di Barat dan
Radikalisme di Timur, pemikiran yang Moderat dari santri-mahasiswa
penulis seperti ini patut diapresiasi. Misalnya dalam tulisan ‘Makna
Agama’ dan ‘Membalas Ayat Ayat Setan dengan Ayat Ayat Cinta’. Berbagai
permasalahan Islam di Indonesia juga dikritisi dengan lugas. Menarik
untuk dibaca.”
— H. Rinalwan Buchari, MBA, MIS/DUT, pendiri Universitas Nasional PASIM dan Pesantren Mahasiswa PUB, Bandung
”Islam dan kemasyarakatan Indonesia telah
mengkonstruk diri menjadi struktur sosial dan budaya yang tidak ditemui
di belahan dunia manapun. Maka bagi ‘orang luar’, tidak mudah membaca
Islam Indonesia secara komprehensif. Buku ini bisa membantu siapa saja
yang ingin memahami Islam Indonesia, mengingat penulisnya santri
Indonesia.”
— Muhammad Sulton Fatoni, Wakil Sekjen PBNU, mantan Ketua Lajnah Ta’lif Wan Nasyr (LTN) PBNU
“Islam Indonesia yang khas telah mendapat
banyak sorotan dari para pakar, baik dalam maupun luar negeri. Obyek
kajian mereka meliputi berbagai aspek; politik, sosial, ekonomi, budaya,
peradaban dan aliran-aliran keislaman di Indonesia yang majemuk. Tetapi
ada pandangan yang sangat unik untuk disimak, yaitu pandangan tentang
Islam Indonesia dari sudut kecil pesantren dan kaum santri. Karena
sebuah pesantren atau kaum santri, akan mengamati Islam Indonesia dari
perspektif dan sudut keilmuan dan budaya Islam yang khas Indonesia yang
luwes, toleran dan moderat. Mas Syamsu-l Arifyn Munawwir, adalah satu
dari sekian banyak pengamat dan peneliti Islam Indonesia yang mewakili
sudut pesantren yang unik tersebut.”
— Ust. Muhammad Idrus Ramli, Dewan Pakar Aswaja Center PWNU Jatim dan Wasekjen MIUMI, Penulis Buku Pintar Berdebat dengan Wahabi
— Moch. Hasyim Asy’ari, Deklarator & Ketua Umum DPP Harakah Mahasiswa Alumni Santri Sidogiri (HMASS)
“Membaca helai demi helai halaman buku ini,
saya benar-benar dibidik kanon multilaras pemikiran khas santri:
menasehati tanpa menggurui, mengarahkan tanpa memerintah, mengkritik
dengan halus tanpa merendahkan, berdialog tanpa berpolemik, serta
solutif-nirkontroversi. Sebagai (maha)santri, Gus Syamsu-l menyuguhkan
ragam tulisan yang rancak namun tetap dalam koridor ke-Islaman. Dalam
aspek ini, kesantrian, kekiaian, keIslaman, hingga keIndonesiaan, ia
potret dengan angle yang khas dan bernas. Maka, jika ada pihak
yang masih sinis dengan kualitas cakrawala keilmuan para santri, saya
berani menyodorkan, baca buku ini, dan temukan nuansa permenungan yang
berbeda, di sini, dalam buku ini!”
— Rijal Mumazziq-Zionis, Direktur Penerbit Imtiyaz, Penulis Buku Cermin Bening dari Pesantren: Potret Keteladanan Para Kiai
“Buku ini menunjukkan pemahaman Islam Moderat. Sebuah pemahaman yang sangat relevan bagi Santri dalam memandang berbagai problematika keberagamaan dan kebangsaan. Ditulis dengan bahasa yang ringan, namun penuh makna.”
— Royhan Rikza, Ketua Dema Fakultas Budaya & Humaniora UIN Malang, Ketua HMASS Malang, Koordinator Jurlitbang PMII Ibnu Aqil
Terima kasih tak terhingga kepada para tokoh
yang berkenan memberi komentar. Selamat membaca bagi Anda yang berminat
membaca bukunya. Semoga bermanfaat. :)
Posting Komentar